Jumat, 12 Desember 2014


Pangeran Diponegoro
          Pada kesempatan kali ini kita mau membahas tentang Pangeran Diponegoro. Nah, Pangeran Diponegoro itu sosok pahlwan yang harus kita hargai jasa pahlawannya. Beliau lahir di Yogyakarta tanggal 11 November pada tahun 1785. Tetapi beliau meninggal di Makassar, provinsi Sulawesi Selatan pada 8 Januari 1855. Pangeran Diponegoro itu putra sulung dari Hamengkubuwono ke 3 raja Mataram terletak di Yogyakarta. Dan Ibunya seorang selir yang bernama R.A. Mangkarwati. Nama kecil Pangeran Diponegoro yaitu Raden Mas Antarwijaya.
          Sultan Hamengkubuwono memilih Pangeran Diponegoro untuk diangkat menjadi Raja tetapi Pangeran Diponegoro menolak tawaran ayahnya karena beliau sadar dia hanya sebagai putra selir, ibunya bukan premaysuri. Dipnegoro mempunyai istri berjumlah sembilan orang istri namanya antara lain yaitu B.R.A Retno Madubrongto, R. A Supadmi, R. A Retnodewati, R. Ay Citrowati, R. A Maduretno, R. A Ratnaningsih, R.a Retnakumala, R. Ay Ratnaningrum, Syarifah Fatimah Wajo. Nah itu nama- nama istri dari Pangeran Diponegoro. Tetapi Pangeran Diponegoro tersebut lebih tertarik dengan urusan keagamaan sehingga beliau lebih suka di Tegalrejo rumah nenek buyutnya .
Saat itu Kolonial Belanda mematok tanah di Tegalrejo tersebut. Pangeran Diponegoro marah karena tidak menghargai adat istiadat setempat dan mengeksploitasi rakyat dengan pembebanan pajak. Dengan muaknya Pamgeran Diponegoro terhadap Belanda beliau memberanikan diri menentang Pemerintah Kolonial Belandasecara terbuka rakyat pun simpati dan mendukung beliau. Atas saran dari pamannya yaitu Pangeran Mangkubumi untuk menyingkir di rumah tinggalnya yaitu di Tegalrejo dan membuat markas di sebuah goa yang bernama Goa Selarong. Saat itu Diponegoro menyatakan bahwa perlawanannya adalh perang Sabil, perlawanan menghadapi orang kafir. Semangat perabg sabil tersebut dikorbarkan Diponegoro membawa pengaruh luas sampai ke Pacitan dan Kedu. Salah satu seorang tokoh agama juga ikut di goa Selarong yang bernama Kyai Maja di Surakarta. Rang dari 15000 tentara dan 20 juta gulden.
          Teknik perang yang dilakukan Pangeran Diponegoro yaitu Taktik Garuda Melayang, perang ini seperti perang Girlya yang artimya bergerak sperti menjepit musuh. Diponegoro mampu menyelenggarakan perang dibanyak wilayah di berbagai daerah- daerah dan jaraknya jauh sehingga Belanda bingung mengapa Diponegoro jumlahnya ada banyak. Cara Belanda membangun benteng- benteng pertahanan untuk mempersempit gerak dan akhirnya gagal karena dengan memperbanyak benteng pertahanan maka semakin menyebar orang Belanda dan mudah Pangeran Diponego memusnahkannya.
          Dan pada tanggal 20 februari1830 pangeran Diponegoro diasingkan oleh Letnan Gubernur Jendral Markus de Kock di Manoreh sekitarPurworejo, dan pada tanggal 28 Maret 1830 Letnan Gubernur Jendral Markus de Kock menemui Pangeran Diponegoro untuk meminta memberhentikan perangnya tetapi itu semua ditolak oleh Diponegoro. Dan pada hari itu juga Diponegoro langsung diasingkan ke Urangan lalu dibawa ke Karesidenan Semarang. Dan langsung dibawa ke Batavia mengunakan kapal Pollux sejenis kapal nelayan yang kecil pada 5 April. Pada 11 April 1830 sudah sampai ke Batavia dan menunggu keputusan dari Jendral Van den Bosch. Pada 30 April 1830 keputusannay pun keluar dan akhirnya Pangeran Diponegoro dan istrinya yang bernama Raden Ayu Retnaningsih, Tumenggung istrinya dan para pengikut lainya dibang ke Manado. Pada 3 Mei 1830 pangeran Diponegoro dan mereka tadi diberangkatkan dengan menggunakan kapal Pollux. Setelah sampai disana Pangeran Dipoegoro juga menyebarkan agama Islam dan pada tahun 1834 Pangeran Diponegoro dipindahkan ke Benteng Rotterdam di Makassar. Dan pada tanggal 8 Januari 1855 Pangeran Diponegoro wafat di Makssar.
          Begitu hebat perlawan Beliau untuk melawan Belanda dan mempertahankan NKRI ini. Dan hebatnya lagi Pangeran Diponegoro dalam satu hari dapat perang di jarak wilayahnya jauh- jauh. Kita harus menghargai dan menghormati pahlawan kita yang relah gugur ini.